Karya seni jepang Patung Hachiko

 

Sejarah Hachiko

 

Patung Hachiko

Jepang, siapa sih yang tidak kenal dengan negara maju ini? Atau yang biasa disebut "Negeri Matahari Terbit" Selain kecanggihan teknologi yang dihasilkan, Karya Seni Jepang banyak juga loh yang dilirik oleh negara lain seperti Karya Lukisan Ukiyo-e,  Tanbo Art, Tembikar dan Porselin Jepang , Shodo kaligrafi Jepang, dan lain- lain.

 

Pengertian

Kali ini kami akan menjelaskan sedikit tentang salah satu patung yang terkenal di Jepang yaitu Patung Hachiko. Merupakan salah satu dari monumen Jepang tidak resmi, patung Hachiko di Shibuya adalah sebuah penghargaan untuk anjing Akita setia yang menunggu pemiliknya di Stasiun Shibuya setiap hari, bahkan setelah pemiliknya meninggal.

Hachikō

Spesies           : Anjing

Ras                 : Akita Inu

Jenis kelamin : Jantan

Lahir                : 10 November 1923 Dekat kota Ōdate, Prefektur Akita

Mati                 :  8 Maret 1935 (umur 12 tahun) Shibuya, Tokyo

Makam            :  Museum Sains Nasional Jepang di Ueno, Tokyo.

Pemilik               :  Hidesaburō Ueno

Warna               :  Putih

 

Kisah hidup

 

Lahir 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Ōshinai-go, namanya sewaktu kecil adalah Hachi. Pemiliknya adalah keluarga Giichi Saitō dari kota Ōdate, Prefektur Akita. Lewat seorang perantara, Hachi dipungut oleh keluarga Ueno yang ingin memelihara anjing jenis Akita Inu. Ia dimasukkan ke dalam anyaman jerami tempat beras sebelum diangkut dengan kereta api yang berangkat dari Stasiun Ōdate, 14 Januari 1924. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 jam, Hachi sampai di Stasiun Ueno, Tokyo.

Hachi menjadi anjing peliharaan Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo. Profesor Ueno waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelum memelihara Hachi, Profesor Ueno pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, tetapi semuanya tidak berumur panjang. Di rumah keluarga Ueno yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya, Hachi dipelihara bersama dua ekor anjing lain, S dan John. Sekarang, lokasi bekas rumah keluarga Ueno diperkirakan di dekat gedung Tokyo Department Store

Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia. Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) dilangsungkan pada malam hari 25 Mei 1925. Hachi masih tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal. Ditemani John dan S, ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput majikannya.

Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Hachi dan John dititipkan kepada salah seorang kerabat Yae yang memiliki toko kimono di kawasan Nihonbashi. Namun cara Hachi meloncat-loncat menyambut kedatangan pembeli ternyata tidak disukai. Ia kembali dititipkan di rumah seorang kerabat Yae di Asakusa. Kali ini, kehadiran Hachi menimbulkan pertengkaran antara pemiliknya dan tetangga di Asakusa. Akibatnya, Hachi dititipkan ke rumah putri angkat Profesor Ueno di Setayaga. Namun Hachi suka bermain di ladang dan merusak tanaman sayur-sayuran.

Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya.

Pada tahun 1932, kisah Hachi menunggu majikan di stasiun mengundang perhatian Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang. Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis kisah sedih tentang Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya. Sejak itu pula, akhiran kō (sayang) ditambahkan di belakang nama Hachi, dan orang memanggilnya Hachikō.

Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model. Pada bulan Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.

Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kōjun.

Selepas pukul 06.00 pagi, tanggal 8 Maret 1935, Hachikō, 13 tahun, ditemukan sudah tidak bernyawa di jalan dekat Jembatan Inari, Sungai Shibuya. Tempat tersebut berada di sisi lain Stasiun Shibuya. Hachikō biasanya tidak pernah pergi ke sana. Berdasarkan otopsi diketahui penyebab kematiannya adalah filariasis.

Opset tubuh Hachikō di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Tokyo

Tempat pemakaman Profesor Ueno dan Hachikō

Upacara perpisahan dengan Hachikō dihadiri orang banyak di Stasiun Shibuya, termasuk janda almarhum Profesor Ueno, pasangan suami istri tukang kebun Kobayashi, dan penduduk setempat. Biksu dari Myōyū-ji diundang untuk membacakan sutra. Upacara pemakaman Hachikō berlangsung seperti layaknya upacara pemakaman manusia. Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.

Pada tahun 1944, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, patung perunggu Hachikō ikut dilebur untuk keperluan perang. Patung pengganti yang sekarang berada di Shibuya adalah patung yang selesai dibuat bulan Agustus 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.

 

 

 

 

 

 

Awal Mula Patung Hachiko dibuat

 

Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō. Setiap hari, Hachikō dibawa berkunjung ke studio milik Andō untuk berpose sebagai model.

Andō berusaha mendahului laki-laki berumur yang mengaku sebagai orang yang dititipi Hachikō. Orang tersebut menjual kartu pos bergambar Hachikō untuk keuntungan pribadi.

 

Pada bulan Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō, dan proyek pengumpulan dana dimulai. Acara pengumpulan dana diadakan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret1934. Sekitar tiga ribu penonton hadir untuk melihat Hachikō.

 

Lokasi Patung Hachiko

Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin. Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap.

Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kōjun.

 

Sebagai penghargaan atas kesetiaannya, pemerintah Jepang membuat sebuah patung perunggu didirikan di depan stasiun Shibuya dan diletakkan persis pada posisi di mana dia selalu menunggu majikannya setiap hari di depan stasiun. Patung Hachiko pun dijadikan simbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati. Sekarang patung Hachiko menjadi tujuan wisata di Tokyo, Jepang.

 

Hachikō Monogatari (ハチ公物語, Hikayat Hachikō) adalah film Jepang tentang anjing Akita Inu bernama Hachikō yang setia menunggu majikannya di Stasiun Shibuya, meski majikannya sudah meninggal. Film ini dibintangi oleh Tatsuya Nakadai, Kaoru Yachigusa, Mako Ishino, dan Masumi Harukawa. Film ini disutradarai oleh Seijirō Kōyama, dan berhasil menjadi film laris di Jepang ketika diedarkan pada tahun 1987. Patung Hachikō kini merupakan salah satu marka tanah di Shibuya, Tokyo.

Hachikō Monogatari

Sutradara        : Seijirō Kōyama

Produser          : Toshio Nabeshima

Skenario          : Kaneto Shindo

Musik              : Tetsuji Hayashi

Sinematografi : Shinsaku Himeda

Penyunting      : Mitsuo Kondō

Distributor       : Shochiku-Fuji Company (1987) (Jepang) (bioskop), Shōchiku Eiga (1988) (Amerika   Serikat) (teks bahasa Inggris)

Tanggal rilis    : 1 Agustus 1987

Durasi              : 107 menit

Bahasa            : Jepang

 Film ini menceritakan kisah nyata kehidupan Hachikō dari 10 November 1923 hingga kematiannya pada 8 Maret 1935.

Versi Hollywood dari film ini dirilis pada tahun 2009 dengan judul Hachi: A Dog's Tale. Pemerannya Richard Gere, Joan Allen, dan Sarah Roemer

sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hachik%C5%8D

 

Sumber:https://www.kompasiana.com/asitasuryanto/patung-hachiko-lambang-kesetiaan-anjing-kepada-tuannya-di-tokyo_54f67deba33311c5028b4f8b.

 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hachik%C5%8D_Monogatari

 

Penutup

 demikian hasil observasi dari kelompok kami yang bisa kami jabarkan

 

Kesimpulan :

Patung Hachiko. Merupakan salah satu dari monumen Jepang tidak resmi. Januari 1934, Andō selesai menulis proposal untuk mendirikan patung Hachikō. Patung perunggu Hachikō diletakkan di depan Stasiun Shibuya dan upacaranya dihadiri oleh 300 hadirin

Saran :

Tetep berusaha dan jangan putus asa, karena keuletan ialah kunci dari keberhasilan.

 

Kelompok karya seni jepang :

1.)    Ika Dwi Rahmawati (13)

2.)    Mafazah fithriyyah (19)

3.)  Nasya nursya 'bana ali ( 25)

4.)    Pina dara sagita (27)

  5.)    Revalina pratiwi mawaradi (28)

 6.)    Shabrina nurly adni (31)

 7.)    Syagita dwi prasetya (32)

  8.)    Zahara elhusna barok (35)

 

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peninggalan Karya Seni Rupa India